Kerja Sama Batanghari – Muaro Jambi, Sinergi Ala Fadhil
Oleh : Jhoni Imron*)
Bersinergi. Apa yang dulu ditulis sebagai ajakan di baliho, barangkali itu yang kita lihat tengah dipraktekkan Muhammad Fadhil Arief, Bupati Batanghari.
Baru di awal masa jabatannya, Bupati jebolan Sekda itu telah berhasil kembali menyedot perhatian publik—terutama tentu saja media—dengan gebrakan “Bersinergi” yang ia dengungkan pasca menang Pilkada. Tak berhenti di internal (ke/di dalam Batanghari), sinergi itu telah pula melampau sekat batas kewilayahan (eksternal, yang dulu juga internal) hingga perlu disahkan lewat MoU dan tanda tangan.
Bukan hanya kali ini saja Bang Fadhil (sapaan akrabnya) menunjukkan bagaimana ia mengambil keputusan dan berhasil mencuri perhatian dengan daya gemparnya. Ia bahkan memperlihatkannya sejak awal, sejak memutuskan hijrah dari birokrat murni ke dunia politik praktis. Dan hijrah pula dari Muaro Jambi ke Batanghari.
Sebagai tokoh baru di belantara politik, Bang Fadhil telah berhasil menarik animo masyarakat untuk berdebat ria soal politik. Terbukti kemunculannya di awal-awal pencalonan ia sebagai Bupati Batanghari yang menyita perhatian banyak kalangan.
Mungkin, kemarin (06/09/2021), Bang Fadhil kembali ingin membuktikan kapasitasnya sebagai Bupati yang bekerja dengan “Bersinergi”. Itu ditandai dengan timingnya: Ia memilih lebih awal memasang patok kerja sama dengan kabupaten tetangga berbatasan.
Hj Masnah Busro, Bupati Muaro Jambi yang menyambut kerja sama Kabupaten Batanghari di bawah kepemimpinan mantan Sekda-nya itu, mungkin tidak hanya menganggap ini sebagai kerja sama dua kabupaten bertetangga dekat, melainkan juga sinergi dua orang yang pernah dekat.
Bupati Fadhil sendiri, seperti dikutip salah satu media, menyebut kegiatannya di Bukit Cinto Kenang, selain untuk tujuan kerja sama juga dalam rangka bernostalgia. Bernostalgia bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Muarojambi, karena pernah menjadi bagian dari Pemerintah Muarojambi.
*Sinergi, lalu…*
Di kesempatan itu, Bupati Fadhil menyampaikan harapan bahwa kerja sama antara Pemkab Batanghari dan Pemkab Muaro Jambi dapat meningkatkan mutu layanan publik. Sehinggga bisa mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di perbatasan dua kabupaten.
“Melalui kerjasama ini keterbatasan yang dimiliki oleh kedua kabupaten, baik dalam hal sarana prasarana maupun Sumber Daya Manusia (SDM) diharapkan dapat teratasi dengan saling mendukung dari kedua kabupaten,” kata orang nomor satu di Batanghari itu, seperti dikutip dari klikanggaran.com.
Selain kerja sama untuk meningkatkan pelayanan publik, pemerintah dua kabupaten (Batanghari dan Muaro Jambi) juga bersinergi dan berkolaborasi dalam berbagai bidang pembangunan: Pendidikan, Kesehatan, Perdagangan, Perindustrian, Pekerja Umum, Penataan Ruang, Kependudukan, Trantibum, Kelautan dan Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Pariwisata dan sektor publik lainnya.
Tak kurang, kerja sama yang ditandai dengan penandatanganan MoU dua kabupaten ini, kedua belah pihak menghadirkan Bupati sampai Kepala OPD dan jajaran dengan disaksikan para undangan dan mata media.
Meminjam istilah Bupati Masnah, tentu warga dua kabupaten berharap kerja sama yang dibangun berdampak positif dan cepat memulihkan ekonomi rakyat. Asalkan, seperti yang disebutkan Bupati Masnah lagi: Kerja sama ini terjalin baik, “dan jangan sudah tanda tangan, hilanglah”.
*Kerja sama Muaro Jambi – Batanghari, apa baiknya?*
Apa yang menarik dari kerja sama, atau sebutlah sinergi dua kabupaten bertetangga ini. Jawabannya bisa banyak sekali. Kedekatan baik batas wilayah dan sejarah, memungkinkan kedua kabupaten apabila mampu membangun kerja sama bisa saling memacu, mendorong, menarik, membantu dan melengkapi bagi masing-masing daerah.
Sinergi yang baik antara keduanya—meminjam istilah Bupati Masnah—bisa berdampak positif dan cepat memulihkan ekonomi rakyat dengan “Membenahi pembangunan daerah untuk kebermanfaatan masyarakat Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Batanghari”.
Bupati Fadhil sendiri menyebut kerja sama itu sebagai kerja sama wajib dua kabupaten bertetangga. Posisi strategis Kabupaten Muaro Jambi menurutnya akan menjadi faktor pendukung tumbuhnya sektor jasa dan ekonomi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan Ia sebagai kepala daerah ingin ambil bagian dalam peluang dan kesempatan emas tersebut.
Muaro Jambi dan Batanghari, sebelumnya, sependek pengetahuan penulis, jarang tampak benar-benar menunjukkan itikad baik kerja sama dalam berbagai pembangunan yang dilakukan. Bahkan ada kesan saling banding-membandingkan, atau cenderung bersaing (siapa lebih maju, siapa lebih tua, dan sebagainya) alih-alih saling berkolaborasi.
Padahal, dua kabupaten dengan batas wilayahnya sangat beririsan ini, pembauran warganya juga bisa sangat cair, bahkan sampai urusan administrasi. Gong kerjasama yang didengungkan oleh dua Bupati (Batanghari – Muaro Jambi) semacam membangunkan kembali romantisme sejarah dua kabupaten kakak beradik tersebut.
Publik tentu berharap kerja sama, sinergi, atau apapun yang ditandatangani kedua belah pihak, menempatkan kesejahteraan warganya di ujung tiap-tiap kerja pemerintahan dan agenda pembangunan yang dilakukan.
Kita sudah harus khatam soal kemajuan daerah berbekal nengok di berita dan aneka data, tapi rakyat sendiri tak tahu dapat apa karena memang tidak merasakannya.
Mungkin buah sinergi dua kabupaten, saudara tua – saudara muda ini, bisa menjadi pengecualian.
*) Penulis adalah warga Batanghari, di perbatasan Batanghari – Muaro Jambi