Nama Munir telah menjadi ikon di kalangan para aktivis untuk melawan pelanggaran HAM dan ketidakadilan.
Ia juga memiliki tempat tersendiri di kalangan aktivis HAM, Munir juga menjadi ikon Kota Batu, selain Omah Munir, namanya diabadikan sebagai nama jalan pada 2014 silam.
Memorabilia mengenai Munir diabadikan dalam Omah Munir, yang menyimpan berbagai memorabilia mengenai sosok pejuang HAM itu.
Kini, nama Munir akan diabadikan menjadi nama sebuah museum. Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso mengatakan kehadiran Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir, akan memperkaya keragaman destinasi wisata di Kota Batu, sehingga para wisatawan mempunyai banyak pilihan.
Menurut Punjul, kehadiran Museum HAM Munir sejalan dengan tekad Pemerintah Kota Batu yang ingin meningkatkan kunjungan wisatawan pada tahun depan.
Pada 2018, wisatawan yang mengunjungi Kota Batu sebanyak 6,5 juta orang. Sedangkan jumlah wisatawan 2019 diasumsikan lebih dari jumlah kunjungan wisatawan tahun lalu.
“Tentunya (kehadiran Museum HAM Munir) diharapkan bisa menambah jumlah wisatawan lokal dan mancanegara, dan yang datang ke sini bisa berwisata dengan beragam pilihan,” kata Punjul dalam sambutan peletakan batu pertama pembangunan Museum HAM Munir di Jalan Sultan Hasan Halim, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu, Minggu, 8 Desember 2019.
Acara tersebut dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua Komisi Nasional HAM Ahmad Taufan Damanik, Direktur Eksekutif Amnesti Internasional Indonesia Usman Hamid, Koordinator Kontras Yati Adriyani, Ketua Yayasan Omah Munir Andi Achdian, budayawan senior Butet Kertaradjasa, Suciwati (istri pejuang HAM Munir Said Thalib alias Munir), perwakilan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), serta sejumlah sahabat Munir.
Sebelum Museum HAM Munir di Kelurahan Sisir dibangun telah ada Museum HAM Omah Munir di Jalan Bukit Berbunga, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, yang dibangun pada 2013. Menurut Punjul, museum di Sidomulyo akan dikembalikan fungsinya sebagai rumah tinggal keluarga almarhum Munir.
Seluruh biaya pembangunan sebesar Rp 10 miliar lebih. Dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur 2019 dan 2020. Pembangunannya ditagetkan selesai dalam setahun ke depan dan bisa diresmikan penggunaannya pada Hari HAM Sedunia 10 Desember 2020.
“Semoga, dukungan kami bisa jadi contoh baik bagi pemerintah daerah lain di Indonesia dalam mengupayakan pemenuhan HAM bagi warganya. Jadi, (Museum HAM Munir) ini bukan sekadar museum dan bukan sekadar objek wisata,” ujar Khofifah. ABDI PURMONO