Insiden Penginjakan Bendera HMI; Penghormatan Simbol Organisasi
Oleh: Husni Mubarok (Kader HMI Cabang Jambi)
JARIJAMBI.COM — Beberapa waktu lalu (26-Agustus 2025), terdapat insiden dimana oknum Mahasiswa UIN STS Jambi menginjak bendera HMI usai penutupan PBAK di UIN STS Jambi. Tindakan itu memicu kecaman keras dari Mahasiswa, Kader HMI, tokoh HMI, dan masyarakat luas.
Buntut kejadian itu tidak berlangsung lama, Esoknya, HMI Badko Jambi bersama Kader HMI Cabang Jambi melaporkan hal tersebut ke POLDA Jambi. Puncak dari kemarahan Kader HMI tersebut, berujung pada terjadi aksi demonstrasi di depan gerbang gedung UIN STS Jambi pada Senin (2/8/2025).
Menuntut Pihak Rektor agar bertanggung jawab atas insiden tersebut. Dan kader HMI menyayangkan pihak Rektor tidak ada rasa bersalah sedikitpun atas kejadian tersebut. Hal ini terbukti tidak adanya sikap yang baik serta membuat pernyataan apapun. Bahkan lebih memilih bungkam. Sementara upaya yang dilakukan oleh Senat UIN STS Jambi, dalam membentuk Tim Investigasi, terkesan memperkeruh keadaan tanpa transparansi yang saling menguntungkan sesama pihak yang berkonflik, namun hal ini pun tidak menyulutkan kader HMI khususnya HMI Cabang Jambi untuk terus berjuang, agar persolan ini dituntaskan tanpa ada satupun pihak yang dirugikan. Sebagai kader HMI, yang menjujung nilai etika dan moral dalam organisasi, hal itu dianggap sebagai penghinaan terhadap identitas, marwah, dan simbol organisasi yang disakralkan.
Makna Simbolis Bendera dan Organisasi:
1. Simbol Identitas.
Bendera, dalam banyak organisasi, bukan sekadar kain, ia melambangkan sejarah, nilai-nilai perjuangan, solidaritas, cita-cita bersama. Dalam HMI, atribut organisasi seperti bendera adalah bagian dari identitas organisasi yang dibangun sejak lama dan memiliki makna emosional dan moral bagi para kader.
2. Simbol Kehormatan dan Marwah.
Ketika simbol dihina atau diinjak, banyak pihak merasa martabatnya terganggu — bukan hanya pihak oknum, tapi seluruh komunitas HMI. Penyematan simbol di dalam identitas kolektif membuat penghinaannya menjadi pengalaman yang dianggap ofensif secara kultural dan simbolis.
3. Simbol Tanggung Jawab & Relasi Kekuasaan.
Simbol-simbol organisasi seperti bendera juga menunjukkan adanya kekuasaan sosial simbolik, penghormatan terhadap simbol adalah bagian dari relasi antara masyarakat sipil (organisasi mahasiswa, aktivis) dengan negara dan aparat. Setiap pelanggaran terhadap simbol seringdipandang sebagai tindakan bahwa pihak berwenang melecehkan posisi sosial kritis organisasi.
Dampak Sosial dan Politik
1. Konsolidasi Internal dan Mobilisasi Publik. Insiden ini biasanya memicu reaksi dari dalam organisasi; kader didorong untuk bersatu, berkonsolidasi, menyuarakan penolakan, dan menjaga simbol organisasi agar tetap dihormati.
2. Diskursus Publik & Kritik terhadap Aparat.
Masyarakat akan menuntut klarifikasi, permohonan maaf, dan tindakan responsif. Harapan agar aparat menjaga profesionalitas dan menghormati simbol organisasi masyarakat sipil menjadi sorotan.
3. Potensi Konflik Simbolik.
Tindakan yang dianggap merendahkan simbol bisa memperburuk hubungan antara organisasi masyarakat dan pihak perguruan tinggi, menambah ketegangan sosial, terutama jika dianggap sebagai refleksi ketidakadilan atau penyalahgunaan kekuasaan.
Penginjakan bendera HMI bukan hanya sebuah pelanggaran fisik terhadap atribut organisasi; ia menyentuh aspek simbolik—identitas, kehormatan, solidaritas, nilai-nilai organisasi. Dampak emosional dan sosial yang ditimbulkan dari tindakan tersebut memperlihatkan betapa kuatnya simbol dalam membangun kohesi sosial dan rasa punya organisasi. Untuk menjaga kehormatan simbol, tidak cukup hanya niat baik atau klarifikasi; dibutuhkan penghormatan, regulasi, dan kesadaran kolektif agar simbol organisasi dihargai dan dilindungi. Sejatinya Rektor dan pihak yang terkait tidak bisa lepas tangan, karena kejadian tersebut di depan pintu gerbang UIN STS Jambi dan Oknum nya adalah Mahasiswa aktif di UIN STS Jambi.